|
|
|
|
|
|

|
This Week
|
9544 |
This Month
|
25475 |
Total
|
2458895 |
|
|
|
Berita dan Publikasi |
Direktur Utama BPD DIY Drs Harsoyo, MSi: Posdaya Sejahterakan Jamaah Masjid |
Sumber: Dede dimuat di Majalah Gemari Edisi 84/tahun VIII - Januari 2008 |
Program Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) yang tengah digarap Prof Dr Haryono Suyono, menurut Direktur Utama Bank Pembangunan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (BPD DIY) Drs Harsoyo, MSi, merupakan gagasan luar biasa. "Karena, Posdaya dikembangkan dari Posyandu yang sekarang sudah ada, sambil menghangatkan kembali posyandu yang akhir-akhir ini dampaknya mulai berkurang. Ini sangat bermanfaat bagi masyarakat" paparnya.
DIRUT BPD DIY dua periode (1998-2003 dan 2003-sekarang) ini bahkan meng-ungkapkan, dengan adanya posdaya maka pembaharuan untuk membuat Posyandu Plus kemudian Posdaya yang berba-siskan masjid bukan hanya memakmurkan masjid dan bukan hanya untuk kegiatan ibadah, tetapi lebih dari itu. "Jadi, Posdaya ini untuk memberdayakan dan menyejahterakan jamaah masjid itu sendiri," tandasnya.
"Karena itu, menurut saya ini sangat bagus sekali," ucap Harsoyo. "Apalagi, para jamaah masjid ini merupakan calon-calon debitur kami, terutama debitur kredit Pundi. Karena dengan pemberdayaan para usaha kecil dan menengah, masjid sebagai basis untuk menyejahterakan jamaahnya atau masyarakatnya, di sekitar masjid nanti akan terjadi saling interaksi antara jamaah masjid yang kurang mampu dengan jamaah yang mampu," tambah pria kelahiran Blitar, Jawa Timur, 31 Agustus 1952.
Jika nanti jamaah masjid berekonomi kurang mampu dengan jamaah yang mampu digalang terus dan disinergikan, menurut Harsoyo maka ada ef ek sinergi yang bagus sekali. Dan dari situ komunikasi antara sesama umat akan timbul usaha-usaha menyejahterakan umat yang berawal dari mikro, kemudian potensi yang ada dapat disinergikan sehingga lahir usaha-usaha produktif yang baru.
Ketika ditanya siapkah BPD DIY bila nanti banyak nasabah dari kalangan usaha kecil dan menengah (UKM) membutuhkanbantuan modal dari BPD DIY dan cabang-cabangnya, Harsoyo menjawab, sebagaimana diketahui bahwa strategi BPD DIY pun fokus ke usaha kecil-menengah. Bagian dari UKM yaitu kredit Pundi dan kredit-kredit lainnya yang tergolong kredit mikro di bawah Rp 50 juta.
"Kami sangat peduli terhadap UKM. Selama ini kami bekerja sama dengan Yayasan Da-mandiri mendapat kucuran dana Rp 60 milyar, yang insya Allah akan ditambah lagi Rp 40 milyar sehingga menjadi Rp 100 milyar, dan ini sumber dananya. Maka kami sudah sangat siap bila nanti akan ada nasabah-nasabah dari kalang-an UKM," jelasnya saat dite-mui Dede Haeruddin dari Majalah Gemari di ruang kerja-nya, Jl Tentara Pelajar No 7 Yogyakarta, beberapa waktu lalu.
Harsoyo yang didampingi Pinbid Pelayanan dan Operasional BPD DIY Nur Aeni menuturkan, dari sisi sumber dana antara lain dari Yayasan Damandiri seluruhnya telah disalurkan, dari dana Rp 60 milyar sudah berputar mencapai Rp 140 milyar, malah Rp 172 milyar. Tapi sekarang sudah tinggal Rp 95 milyar sampai hari ini.
"Kami menyalurkannya tidak seperti pola-pola masa lalu. Pola penyerahannya yaitu executing, artinya risiko ada di tanganbank. Kewajiban pembinaan kepada nasabah itu ada juga. Kalau dulu channeling, memang kurang lebih tinggal menyalurkan tetapi risiko ada di penyandang dana, akibatnya ada kredit-kredit yang bermasalah. Itu mulanya dari Prof Haryono Suyono. Jadi, pengalaman yang kurang mendidik, suku bunganya dipatok selalu rendah, tetapi sekarang mengikuti pasar alias bunga kepada nasabah juga bunga pasar. Sehingga, ini lebih mendidik, bagaimana dia (wirausahawan) berusaha supaya mencapai kemandiriannya, karena kredit Pundi itu yaitu kredit untuk usaha yang mandiri. Usaha yang mandiri itu yaitu usaha yang harus memahami mekanisme pasar sehingga bunga pasarlah yang dipakai," paparnya panjang lebar.
Yang menarik, BPD DIY memiliki prestasi yang patut diacungi jempol dalam melayani para nasabah, terlebih para pelaku UKM. Berkat kerja keras jajarannya, kata lulusan Fakultas Ekonomi Perusahaan Universitas Gajah Mada (UGM) DI Yogyakarta tahun 1982 dan Magister Manajemen Agribisnis (2002) di kampus yang sama ini, maka BPD DIY selama sebelas tahun mendapat penghargaan Info Bank Award secara berturut-turut. "Bahkan, Bank Indonesia menyatakan BPD DIY memiliki predikat sangat bagus," ucap Harsoyo bangga seraya tersenyum.
Disinggung tentang kiat-kiatnya sehingga BPD DIY lebih maju, ia berujar, keberhasilan perusahaan yaitu berasal dari timnya dan bukan dari diri sendiri. "Dan Alhamdulillah sudah beberapa akhir periode ini direksi tidak dari luar melainkan dari dalam. Itu sudah menjadi komitmen pemilik karena sudah percaya bahwa majunya perusahaan ini ditangani oleh orang yang sudah bisa menangani dari dalam. Dan telah diuji pada waktu krisis sehat, pasca krisis tambah sehat," dalih ayah empat anak dari per-nikahannya dengan Sufaiyah, yang juga anggota Ahli Institut Bankir Indonesia.
Sedangkan kiat khususnya, Harsoyo menga-takan, mengelola perusahaan yang baik sudah menjadi keniscayaan, dan itu sejak zaman dahulu ia biasa melakukan tahap-tahap pengelolaan perusahaan yang baik. "Artinya, sejak dahulu saya sudahbiasa membeberkan data perusahaan berupa informasi keuangan. Kemudian kami independen. Artinya, tidak tergantung oleh pemilik kami. Dan tentunya dukungan dari pemilik," ungkapnya mantap.
"Bekerja itu ibadah," ucapnya serius seraya menambahkan, "bekerja itu mempunyai makna. Jadi, bekerja bukan hanya sekadar bekerja, bercapek-capek lalu mendapatkan hasil. Itu bu-kan kenikmatan dalam melakukan pekerjaan. Bermakna artinya itu jika kita bekerja di bidang perbankan, yakni bekerja di bidang dana, kita harus memahami bahwa jerih payah tersebut mempunyai makna bisa membantu memecah-kan persoalan orang lain."
Lebih dari itu, lanjut Harsoyo, di BPD DIY setiap pagi sebelum buka kantor secara rutin berdoa bersama, kemudian memulai pekerjaan agar mendapatkan keselamatan, juga hidayah atau petunjuk Allah supaya bekerja bisa lebih aman. Dan pada saat zuhur atau asar dikuman-dangkan azan agar segera melaksanakan shalat.
"Kami merasa senang, selama ini peru-sahaan melaksanakannya dan bisa se-lamat. Kemudian mensyukuri itu pasti, tapi kami tidak lupa bahwa tantangan ke depan lebih berat, karena persaingan perbankan menjadi sangat ketat. Apabila dengan bekal yang sudah ada kemudian kompetensi dari pihak pegawai tinggi, ini sebagai modal untuk menghadapi persaingan banyak-nya perbankan di era globalisasi saat ini," katanya bijak, mengakhiri percakapan siang itu. DH |
|
|
|